Rabu, 18 Juli 2012

kita, aku dan kamu berpisah di muara

***************************************************

riak air memecah bebatuan.
butirannya berpendar liar mengikuti arus sungai.
daun-daun jatuh memecah kesunyian, menari riang menuju muara.
tebing tersenyum kokoh sambil menjaga alur terjun yang menjulang.

kita, aku dan kamu.
adalah sesosok aliran di sungai yang sama.
kita bertemu di persimpangan terjun, lalu mengalir indah di satu sungai.
riuh rendah angin yang bermain-main dengan pepohonan adalah saksinya.

kita, aku dan kamu.
semakin erat bergandengan. melintasi banyak tempat curam.
hingga jika bertemu karang, kau genggam erat tanganku.
membentur karang bebatuan, hingga kita makin lihai menghadapinya.

kita, aku dan kamu.
kini berada dalam arus yang tenang.
kita tersenyum dan saling menatap.
namun, ada ruang kosong yang mengganjal. di hatiku, dan ku yakin juga dihatimu.
perasaan aneh berdesir kuat dalam dada,
bukan kah harus di rayakan dengan kegembiraan?

kita, aku dan kamu.
diam seribu bahasa untuk pertama kalinya.
daun-daun menatap kita iba.
apakah kita merindu saat-saat menerpa karang?
apakah kita rindu akan rintangan?

kita, aku dan kamu.
masih dalam aliran yang tenang.
di ujung sana, tampak sebuah muara.
apakah ini yang kita takutkan, sayang?
terbersit kenyataan yang bahkan tak pernah terpikirkan,
apakah aku dan kamu tak saling mencinta?
ataukah sesungguhnya kita hanya terlena dengan kegigihan kita menerjang bebatuan.

kita, aku dan kamu.
semakin mendekati muara.
genggaman tanganku semakin melonggar.
akankah kau lepas aku dan membiarkanku berpindah altar?
yang kutahu memang, aliran sungai yang tenang tak selamanya aman.
bukankah hidup ini memang penuh rintangan?
dan ketika kau berhasil melaluinya, hatimu akan menagih hingga mencandu pada petualangan berikutnya.

muara kini di depan mata.
kau tersenyum hampa.
aku tau jawaban dibalik sejuta makna.
kita, aku dan kamu memejamkan mata.
kita berpisah di muara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar